Senin, 04 Februari 2019

Api Unggun "Panas Tapi Dingin"

Seragam coklat..

    Malam ini seragam itu masih melekat padamu dan kau tetap setia dengannya, sedang aku tak lagi pernah melekatkan seragam coklat itu. Hari ini aku adalah orang yang gagal, bukan hanya gagal dalam hal pendidikan tapi aku juga gagal untuk selalu setia menemanimu mengenakan sergam coklat itu. Tak sanggup jiwa ini jika bertemu denganmu, rasanya malu denganmu karena hari ini aku adalah orang gagal. 
  Beberapa hari yang lalu ku bertemu dengan dosenku di kampus, konsultasi perihal kuliah. Bukan solusi yang ku dapatkan, namun hanya mempermalukan diriku sendiri tak hanya sampai disitu dosen tempat ku berkonsultasi semakin mempermalukan diriku dengan menceritakan aib itu kepada orang banyak. 
Ya, terkadang memang begitulah hidup "ketika kita meminta pertolongan pada orang lain, bukan solusi atau pertolongan melain kan menghinaan diri kita sendiri".
 Satu minggu ku tak berani memberitahukan kedua orang tua ku perihal hal ini, sakit rasanya ketika ingin bercerita dengan mereka. Takut membuat mereka kecewa dengan diri ini, semua orang bertanya dengan pertanyaan yang sama dan terus berulang-ulang, aku juga tak pernah bercerita denganmu (yang selalu setia dengan seragam coklat). Aku bukan takut ketika di tertawakan orang banyak atau bahkan di tertawakan olehmu sekalipun.
  Inginku bercerita banyak denganmu secara langsung dengan harapan kau tak kecewa juga denganku, namun hati ini tak sanggup dan berpikir masihkah kau mau mendengarkan ceritaku hari ini?,
Ayah bilang mungkin ini sebuah cobaan yang akan menguatkan iman hambanya, namun dalam hati ku menjawab ini bukan cobaan melainkan resiko dari ketidakadilan diri ini terhadap beberapa hal. Langit malam ini gelap tanpa bintang kelap-kelip di bawahnya, namun tak juga menurunkan hujan. Malam ini menggambarkan jiwaku. Tulisan ini ku tulis agar kau tau aku hari ini. Kehangatan api unggun masih dapat kau rasakan, menggantikan pelukan kehangatan ibu di saat kau merasa sedih atau hanya sekedar melepas kedingin yang menyelimuti. Hari ini kehangatan api unggun tak ku rasakan disampingku apalagi kehangatan pelukan ibu.

 Semoga kau baik-baik saja disana dan tetap semangat menggapai cita-cita.


Selamat Istirahat & Selamat menyabut hari esok dengan senyuman bahagia.

Sabtu, 19 Januari 2019

Dark night

     Malam ini ku dengar suara yang sudah lama tak terdengar di telinga ini, di tengah  kesenyapan malam suara itu muncul kembali. Suara yang selalu ku dengar selama dua tahun silam, mendengar, memegang sekaligus memahami kitab yang di baca & di jelaskan oleh sang kyai. Rasanya tiada malam yang sia-sia saat itu, bahkan rasanya tiada waktu yang sia-sia, tidak membiarkan waktu kosong tanpa belajar,belajar dan belajar. Ntah itu menghafal syair, membaca kitab-kitab gundul, sampai-sampai ketika bersenda guraupun tak jarang keluar dari mulut ini kata-kata yang ada di dalam kitab, jadi rasanya tiada yang sia-sia di kala itu.
     Ingin rasanya mengulang kembali waktu itu, namun takkan mungkin. Mendengar suara itu saja bahagia rasanya, walaupun terdengar agak kurang jelas karena jarak pondok dengan tempat tinggal agak berjauhan. Pahitnya kopi tidak akan terasa di saat berlomba mencari barokah abah nyai.
Terkadang aku berpikir betapa sia-sianya malam-malamku ini, hany ku isi dengan bermain game, nongkrong di warung kopi dengan bahasan yang sangat kurang bermanfaat. Gelisah selalu menghampiri, bahkan kegelisahan itu datang tidak tau waktu, tak jarang aku berjalan menyusuri jalan gelap hanya untuk menghilangkan kegelisahan yang ada dalam diri ini. Hidup di lingkungan orang yang selalu menghabiskan waktu di depan layar Hp dan layar leptop, membuat jiwa ini semakin gelisah. Dua tahun lebih aku hidup di lingkungan kos-kos'an rasanya tiada hal yang bermanfaat untuk orang lain dan diri sendiri. Rasanya banyak hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Di tengah gelapnya malam hati ini semakin gelap agaknya. Ya, Tuhan harus bagaimanakah aku ini? 
     Tetapkanlah hati ini pada agamamu ya robb. Malu, sedih campur aduk  rasanya ketika ibu bertanya "Kapan selesai kuliahnya nah?", hanya mampu menjawab insyallah secepatnya bu. Apalagi ketika liburan tiba & di tanya mau pulang nggak nak dan lagi-lagi hanya bisa diam, hanya bisa menjawab "nurut perintah ibu saja kataku" padahal dalam hati ini semoga saja tidak di suruh pulang, karena malu rasanya menunjukkan wajah ini kepada mu bu karena sudah lalai dalam melakukan tanggungjawabku.
      Sudah hampir lima tahun aku merantau di tanah orang dengan niat menuntut ilmu waktu itu, tapi kini rasanya aku tak mendapatkan apa yang ku cari, waktu yang di berikan kepadaku juga sudah lebih dari kesepakatan. Bu, maafkan anakmu ini anak yang belum bisa membahagiakan mu bu.
Malam demi malam, hari demi hari, detik demi detik ku lalui dengan kesia-siaan dan tak menghasilakan apapun melainkan kesia-siaan saja.




Wassalam...



Jumat, 11 Januari 2019

Dingin namun tak dingin

   
Kumandang adzan isya' sudah mulai terdengar dari masjid, para pemuda keluar dari kelas dan  bergegas menuju masjid untuk shalat isya' berjamaah. Setelah selasai menunaikan ibadah shalat isya' para pemuda kembali ke kamar masing-masing untuk mengambil kitab-kitab kosong tanpa baris istilah lainnya kitab gundul, selain panggilan adzan disana ada panggilan khusus untuk memberi tanda waktunya melanjutkan pelajaran bersama para mualim yaitu lonceng.
  Seperti malam-malam biasanya para pemuda berkumpul di sudut-sudut atau di lorong-lorong kamar untuk mengisi kitab-kitab kosong tanpa baris, namun malam ini agak berbedea dengan malam sebelumnya malam ini hujan turun begitu derasnya membuat suasana belajar semakin syahdu. Rasa dingin dan gelap malam tak terhiraukan bagi para pemuda karena semangat untuk menuntut ilmu lebih tinggi sehingga membuat suasana menjadi hangat walau di luar kamar sedang hujan lebatnya.
   Satu persatu pemuda di beri kesempatan untuk membacakan kitab-kitab kosong tanpa baris dan menjelaskan makna dari setiap kalimat yang ada. Semua mendapatkan giliran tanpa terkecuali, hal ini mengajarkan para pemuda untuk mandiri dalam mencari ilmu dan mengamalkan apa yang sudah di dapatkan di dalam kelas, intinya setiap malam adalah waktunya pemuda yang aktif bukan muallim atau gurunya. Ketika semua sudah mendapatkan kesempatan barulah muallim memberi penjelasan yang lebih lengkap apa yang barusan di pelajari malam ini.
  Di akhir waktu muallim memberikan nasehat seperti ini "Diriwayatkan dari Uwais al-qarni dia berkata, Dalam suatu perjalanan, aku pernah berjumpa dengan seorang Rahib, aku bertanya "wahai  rahib, apa tahapan pertama yang harus di lalui seorang murid? Rahib lalu menjawab Mencegah kedzaliman dan bersikap rendah hati, sebab pahala suatu amal tidak akan naik jika masih ada kedzaliman di dalam dirinya".

Baca juga ini
https://dwi91931.blogspot.com/2019/01/terdengar-sayup-sayup-suara-merdu.html?m=1





Api Unggun "Panas Tapi Dingin"

Seragam coklat..     Malam ini seragam itu masih melekat padamu dan kau tetap setia dengannya, sedang aku tak lagi pernah melekatkan ser...